Pengikut

Minggu, 22 November 2015

Disosiasi (kimia)

Disosiasi (kimia)


Dalam kimia dan biokimia, disosiasi adalah suatu proses ketika senyawa ionik (kompleks atau garam) terpisah menjadi partikel, ion, atau radikal yang lebih kecil, dan biasanya dapat dikembalikan seperti semula. Misalnya, ketika asam Brønsted-Lowry ditempatkan di dalam air, ikatan kovalen antara atom elektronegatif dengan atom hidrogen dipecah oleh fisi heterolitik, yang menghasilkan proton dan ion negatif. Disosiasi merupakan lawan dari asosiasi dan rekombinasi. Proses ini tidak sama dengan ionisasi.

Konstanta disosiasi

Untuk disosiasi dalam keseimbangan kimiawi yang dapat dikembalikan
AB is in equilibrium with A + B
konstanta disosiasi Ka adalah rasio senyawa terdisosiasi dengan tak terdisosiasi
K_a = \mathrm{\frac{[A][B]}{[AB]}}sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Disosiasi_%28kimia%29

kesetimbangan ion dalam larutan

  1. Larutan Asam Basa
Pada materi stoikiometri, Anda sudah belajar tentang titrasi asam kuat dan basa kuat menghasilkan garam yang bersifat netral (pH = 7). Apa yang terjadi jika zat yang dititrasi adalah asam lemah dan basa kuat atau asam kuat dan basa lemah atau asam lemah dan basa lemah? Untuk dapat menjawab masalah ini, Anda perlu memahami konsep hidrolisis dan prinsip larutan penyangga.
Anda sudah memahami bahwa reaksi asam kuat dan basa kuat akan menghasilkan garam yang bersifat netral. Contoh :
HCl(aq) + NaOH(aq) ? NaCl(aq) + H2O(l)
Di dalam air, garam NaCl bersifat netral karena tidak memiliki kemampuan untuk bereaksi dengan air sebagai pelarutnya sehingga konsentrasi molar H+ dan OH dalam larutan tidak berubah, masing-masing sebesar 1,0 × 10–7 M (hasil ionisasi air). Perhatikan kurva titrasi pada Gambar 1.

Gambar 1. Kurva titrasi HCl-NaOH.
Dengan demikian, pada titrasi asam kuat dan basa kuat, titik stoikiometri dicapai pada pH = 7 (netral). Setelah titik setara tercapai, penambahan sedikit basa akan mengubah pH larutan sangat drastis. Jika asam lemah dan basa kuat atau asam kuat dan basa lemah direaksikan, garam yang terbentuk memiliki sifat berbeda dengan garamgaram netral seperti NaCl. Contoh :
HCl(aq) + NH3(aq) ? NH4Cl(aq)
Garam amonium klorida yang terbentuk bersifat reaktif terhadap air sebagai pelarutnya, khususnya ion NH4+ yang berasal dari basa lemah. Mengapa? Di dalam larutan, NH4Cl berada dalam bentuk ion-ionnya. Jika Anda bandingkan kekuatan asam antara ion NH4+ dan H2O, mana yang lebih kuat? Lihat kekuatan asam basa konjugat pada materi Asam dan Basa.
Ion NH4+ merupakan asam konjugat yang lebih kuat dari H2O sehingga ion NH4+ dapat melepaskan proton membentuk NH3 dan ion H3O+ (Gambar 2).

Gambar 2. Kurva titrasi HCl-NH4OH
Persamaan reaksinya :
NH4+(aq) + H2O(l) ? NH3(aq) + H3O+(aq)
Pada materi stoikiometri, Anda sudah belajar tentang titrasi asam kuat dan basa kuat yaitu reaksi yang menghasilkan air hingga air terurai menjadi ion-ionnya. Oleh karena dalam larutan tersebut kelebihan ion H3O+ maka dapat dipastikan larutan bersifat asam. Dengan demikian, jika Anda melakukan titrasi asam kuat oleh basa lemah, titik stoikiometri tidak pada pH = 7, tetapi di bawah 7. Setelah titik stoikiometri tercapai, penambahan NH3 tetes demi tetes tidak meningkatkan pH larutan secara drastis, sebagaimana pada titrasi HCl dan NaOH, tetapi naik secara perlahan. Mengapa?
Jika ke dalam larutan NH4Cl yang sudah terhidrolisis ditambah lagi NH3 , dalam larutan akan terjadi kesetimbangan antara ion NH4+ (dari NH4Cl) dan NH3 dari basa yang ditambahkan. Persamaannya sebagai berikut.
NH4+(aq) ? NH3(aq) + H+(aq)
Sistem reaksi tersebut merupakan kesetimbangan basa lemah dan asam konjugatnya (teori asam basa Bronsted-Lowry). Karena membentuk kesetimbangan maka semua Hukum-Hukum Kesetimbangan berlaku di sini. Akibatnya, penambahan NH3 akan bereaksi dengan proton (ion H+  dan sistem akan menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri. Dengan demikian, penambahan NH3 berlebih dianggap sebagai gangguan dan sistem berupaya meminimalkan gangguan dengan cara menggeser posisi kesetimbangan untuk memperkecil gangguan tersebut.
Dampak dari pergeseran posisi kesetimbangan asam basa konjugat adalah kenaikan pH larutan relatif kecil. Inilah alasan mengapa penambahan basa setelah titik stoikiometri tercapai, perubahan pH larutan relatif kecil. Sistem larutan yang membentuk kesetimbangan antara basa lemah dan asam konjugatnya disebut larutan penyangga. Salah satu sifat penting dari larutan penyangga adalah dapat mempertahankan pH larutan dari gangguan penambahan asam atau basa.
Formula dari basa konjugat selalu memiliki jumlah atom H lebih sedikit dan memiliki muatan lebih negatif dibandingkan formula asam konjugatnya.
  1. Hidrasi dan Hidrolisis Garam-Garam
Hidrolisis adalah reaksi dengan air menyebabkan air terionisasi. Suatu zat dikatakan terhidrolisis jika zat tersebut dalam larutannya dapat bereaksi dengan air sehingga air menjadi terionisasi.
2.1. Pengertian Hidrasi dan Hidrolisis
Suatu garam dalam pelarut air terurai membentuk ion-ionnya. Hasil pelarutan garam ini dapat bersifat netral, asam, atau basa. Sifat larutan garam ini bergantung pada sifat-sifat ionnya. Pelarutan garam dapat memengaruhi keadaan kesetimbangan ionisasi air. Anda sudah mengetahui bahwa air membentuk kesetimbangan dengan ion-ionnya.
H2O(l) ? H+(aq) + OH(aq)
atau
2H2O(l) ? H3O+(aq) + OH(aq)
Garam-garam yang terlarut di dalam air mungkin terhidrasi atau terhidrolisis. Suatu garam dikatakan terhidrasi di dalam pelarut air jika ionionnya dikelilingi oleh molekul air akibat antaraksi dipol antara ion-ion garam dan molekul air. Antaraksi ion-ion garam dan molekul air membentuk kesetimbangan dan tidak mempengaruhi pH larutan. Suatu garam dikatakan terhidrolisis di dalam pelarut air jika ionionnya bereaksi dengan molekul air. Reaksi ion-ion garam dan air membentuk kesetimbangan dan mempengaruhi pH larutan.
Solvasi adalah proses ion atau molekul dikelilingi oleh pelarutnya. Jika pelarutnya air, dinamakan hidrasi.
2.1.1. Hidrasi Kation dan Anion
Hidrasi kation terjadi karena adanya antaraksi antara muatan positif kation dan pasangan elektron bebas dari atom oksigen dalam molekul air. Kation yang dapat dihidrasi adalah kation-kation lemah, seperti ion kalium (K+), yaitu kation yang memiliki ukuran besar dengan muatan listrik rendah. Kation-kation seperti ini berasal dari basa kuat, seperti Na+, K+, dan Ca2+. Contohnya :
K+(aq) + nH2O(l) ? [K(H2O)n]+
Anion-anion yang dihidrasi adalah anion dari asam kuat atau anion yang bersifat basa konjugat sangat lemah. Anion-anion ini dihidrasi melalui antar aksi dengan atom hidrogen dari air. Misalnya :
NO3(aq) + mH2O(l) ? [NO3(H2O)m]
Kation dan anion dari garam-garam yang terhidrasi di dalam air tidak bereaksi dengan molekul air. Oleh karena itu, anion atau kation seperti ini merupakan ion-ion bebas di dalam air (Gambar 3).

Gambar 3. Model hidrasi dari garam NaCl dalam pelarut air.
2.1.2. Hidrolisis Kation dan Anion
Kation-kation garam yang berasal dari basa lemah di dalam air dapat mengubah larutan menjadi asam. Kation-kation ini merupakan asam konjugat dari basa lemah, seperti Al3+, NH4+, Li+, Be2+, dan Cu2+. Karena kation-kation tersebut merupakan asam konjugat dari basa lemah maka tingkat keasamannya lebih kuat daripada air. Oleh karenanya, kation-kation ini dapat menarik gugus OH dari molekul air dan meninggalkan sisa proton (H+) sehingga larutan bersifat asam.
Reaksi antara H2O dan kation logam membentuk kesetimbangan. Dalam hal ini, molekul H2O berperan sebagai basa Lewis atau akseptor proton menurut Bronsted-Lowry. Contohnya :
NH4+(aq) + H2O(l) ? NH3(aq) + H3O+(aq)
Al3+(aq) + 3H2O(l) ? Al(OH)3(aq) + 3H+(aq)
Anion-anion hasil pelarutan garam yang berasal dari asam lemah dapat mengubah pH larutan menjadi bersifat basa karena bereaksi dengan molekul air. Anion-anion seperti ini merupakan basa konjugat dari asam lemah, yaitu basa yang lebih kuat dibandingkan molekul H2O. Karena itu, anion-anion tersebut dapat menarik proton (H+) dari molekul air dan meninggalkan sisa ion OH yang menyebabkan larutan garam bersifat basa. Contohnya:
F(aq) + H2O(l) ? HF(aq) + OH(aq)
CN(aq) + H2O(l) ? HCN(aq) + OH(aq)
Semua garam yang anionnya berasal dari asam lemah, seperti CH3COONa, KCN, NaF, dan Na2S akan terhidrolisis ketika dilarutkan di dalam air menghasilkan larutan garam yang bersifat basa. Reaksi kation atau anion dengan molekul air disebut hidrolisis. Dengan kata lain, hidrolisis adalah reaksi ion dengan air yang menghasilkan basa konjugat dan ion hidronium atau asam konjugat dan ion hidroksida.
Contoh Soal Garam yang Terhidrolisis (1) :
Manakah di antara NaCl, MgCl2, dan AlCl3 yang jika dilarutkan dalam air akan terhidrolisis?
Pembahasan :
Ion Cl berasal dari asam kuat atau basa konjugat yang lebih lemah dari air. Oleh karena itu, ion Cl tidak bereaksi dengan air. Kation Na+ dan Mg2+ berasal dari basa kuat dan merupakan kation berukuran relatif besar dengan muatan rendah sehingga tidak terhidrolisis. Ion Al3+ memiliki ukuran relatif sama dengan Mg2+, tetapi muatannya tinggi sehingga dapat bereaksi dengan air. Oleh karena itu, ion Al3+ terhidrolisis membentuk Al(OH)3.
2.2. Derajat Keasaman Larutan Garam
Semua garam yang larut dalam air akan terurai membentuk ionionnya. Karena ion-ion garam dalam air ada yang terhidrolisis maka pelarutan garam-garam di dalam air dapat mengubah pH larutan menjadi bersifat asam atau basa.
2.2.1. Larutan Garam Bersifat Netral
Basa konjugat dari asam kuat tidak memiliki kemampuan menarik proton dari molekul air. Basa konjugat seperti ini merupakan basa-basa yang lebih lemah dari molekul air. Jika anion seperti Cl dan NO3 berada di dalam air, anion-anion tersebut tidak akan menarik H+ dari molekul air sehingga tidak mengubah pH larutan garam. Anion seperti itu hanya terhidrasi. Kation seperti K+ dan Na+ merupakan asam konjugat dari basa kuat. Kation seperti ini juga tidak memiliki kemampuan menarik gugus OH dari air sehingga tidak mengubah pH larutan. Ion-ion garam yang berasal dari basa kuat dan asam kuat tidak mengubah konsentrasi ion H+ dan OH hasil ionisasi air. Jadi, garam tersebut bersifat netral di dalam larutan atau memiliki pH = 7.
2.2.2. Larutan Garam Bersifat Basa
Dalam larutan CH3COONa, spesi utamanya adalah ion Na+, ion CH3COO , dan molekul H2O. Ion Na+ adalah asam konjugat yang lebih lemah dari air sehingga tidak dapat menarik gugus OH dari air, tentunya tidak mengubah pH larutan. Ion CH3COO merupakan basa konjugat dari asam lemah atau basa yang lebih kuat dari air sehingga CH3COO dapat menarik proton dari molekul air menghasilkan CH3COOH dan OH. Akibatnya, larutan menjadi basa.
Reaksi ion asetat dan air membentuk kesetimbangan, persamaan reaksinya:
CH3COO(aq) + H2O(l) ? CH3COOH(aq) + OH(aq)
Tetapan kesetimbangan untuk reaksi ini adalah :
Bagaimanakah menentukan nilai Kb dari ion asetat (Kb CH3COO)?
Hal ini dapat ditentukan dari hubungan Ka, Kb, dan Kw. Jika persamaan Ka asam asetat dikalikan dengan persamaan Kb , ion asetat akan menghasilkan nilai Kw . Penentuan nilai Kb di atas sebagai berikut.
Jadi, untuk setiap pasangan asam lemah dan basa konjugatnya terdapat hubungan Ka, Kb, dan Kw. :
Kw = Ka(asam lemah) × Kb(basa konjugatnya)
Dengan kata lain, jika Ka atau Kw diketahui maka nilai tetapan Kb dapat ditentukan. Tetapan kesetimbangan untuk ion asetat adalah :
Kb (CH3COO) =  =  = 5,6 × 10–10
Jadi, nilai Kb untuk ion asetat sebesar 5,6 × 10–10.
Dengan demikian, untuk setiap garam yang mengandung kation dari basa kuat (seperti, Na+ atau K+) dan anion dari asam lemah akan membentuk larutan bersifat basa. Nilai pH dari larutan garam yang anionnya terhidrolisis dapat ditentukan berdasarkan nilai Kb basa konjugat dan konsentrasi ion-ion dalam sistem kesetimbangan.
Contoh Soal Perhitungan pH Garam Berasal dari Asam Lemah (2) :
Hitunglah pH larutan NaF 0,3 M. Diketahui nilai Ka HF = 2 × 10–4.
Penyelesaian :
Spesi utama dalam larutan : Na+, F, H2O.
Karena F basa konjugat dari asam lemah HF maka F merupakan basa yang lebih kuat dari air sehingga dapat bereaksi dengan air. Persamaannya sebagai berikut.
F(aq) + H2O(l) ? HF(aq) + OH(aq)
Tetapan kesetimbangan untuk reaksi tersebut:
Nilai Kb dapat dihitung dari Kw dan Ka (HF) :
Kb =  =  = 1,4 × 10–11.
Konsentrasi pada kesetimbangan adalah :
Konsentrasi Awal (mol L–1)
Konsentrasi Kesetimbangan (mol L–1)
[F]0 = 0,3 xM [F–] = 0,3 – x
[HF]0 = 0 ? [HF] = x
[OH]0 = 0
[OH–] = x
Kb = 1,4 × 10–10 =  =  ?
Nilai x ? 2 × 10–6
Catatan:
Nilai x sangat kecil dibandingkan 0,3 maka x dapat diabaikan dalam penyebut.
Dengan demikian,
[OH] = x = 2 ×10–6 M atau pOH = 5,69
pH = 14 – pOH = 8,31
Jadi, larutan bersifat basa.
Contoh Soal SPMB 2002 :
Peristiwa hidrolisis terjadi dalam larutan ….
A. natrium asetat
B. amonium sulfat
C. kalium sianida
D. amonium asetat
E. semua jawaban benar
Pembahasan :
Garam yang mengalami reaksi hidrolisis adalah jenis garam yang mengandung ion sisa asam lemah atau ion sisa basa lemah. Dalam hal ini, natrium asetat, amonium sulfat, kalium sianida, dan amonium asetat merupakan garam yang mengalami reaksi hidrolisis. Jadi, semua jawaban benar.
Jawabannya (E).
2.2.3. Larutan Garam Bersifat Asam
Beberapa garam menghasilkan larutan asam ketika dilarutkan dalam air. Misalnya, jika garam LiCl dilarutkan dalam air, akan terbentuk ion Li+ dan Cl. Ion Cl tidak memiliki afinitas terhadap proton, melainkan hanya terhidrasi sehingga tidak mengubah pH larutan. Ion Li+ adalah asam konjugat dari basa lemah sehingga tingkat keasamannya lebih kuat daripada H2O. Oleh karena itu, asam tersebut dapat bereaksi dengan air menghasilkan proton. Persamaannya:
Li+(aq) + H2O(l) ? LiOH(aq) + H+(aq)
Umumnya, garam-garam yang kationnya merupakan asam konjugat dari basa lemah akan membentuk larutan yang bersifat asam. Nilai pH dari larutan garam seperti ini dapat dihitung berdasarkan tetapan kesetimbangan asam konjugatnya.
Contoh Soal Perhitungan pH Garam Berasal dari Basa Lemah (3) :
Berapakah pH larutan NH4Cl 0,1 M? Diketahui nilai Kb (NH3) = 1,8 × 10–5 .
Jawaban :
Spesi utama dalam larutan : NH4+ , Cl–, dan H2O.
Karena ion NH4+ merupakan asam konjugat dari basa lemah maka ion tersebut lebih asam dari air sehingga dapat bereaksi dengan air dan melepaskan proton. Persamaannya :
NH4+(aq) + H2O(l) ? NH3(aq) + H3O+(aq)
Tetapan kesetimbangannya adalah :
Nilai K(NH4+) dihitung melalui hubungan :
Ka (NH4+) = =
Ka (NH4+) = 5,6 × 10–10
Konsentrasi masing-masing spesi yang terdapat dalam keadaan kesetimbangan :
Konsentrasi Awal (mol L–1)
Konsentrasi Kesetimbangan (mol L–1)
[NH4+]0 = 0,1
[NH4+] = 0,1 – x

xM
[NH3]0 = 0 ? [NH3] = x
[H3O+]0 = 0
[H3O+]0 = x
Dengan demikian,
5,6 x 10–10 =  =
nilai x ? 7,5 × 10–6 .
Konsentrasi ion H+ dalam larutan adalah
[H+] = x = 7,5 × 10–6 M
Oleh karena itu, nilai pH = 5,13. Dengan demikian, larutan bersifat asam.
2.2.4. Larutan Garam Terhidrolisis Total
Selain garam-garam yang telah disebutkan sebelumnya, masih terdapat garam yang kedua ionnya memengaruhi pH larutan, seperti CH3COONH4 dan NH4CN. Garam-garam tersebut di dalam air akan terurai membentuk ion-ion yang keduanya terhidrolisis. Oleh karena perhitungan untuk masalah ini sangat kompleks maka di sini hanya akan ditinjau secara kualitatif.
Anda dapat memperkirakan apakah larutan akan bersifat asam, basa, atau netral dengan cara membandingkan nilai Ka untuk ion asam konjugat terhadap nilai Kb dari ion basa konjugat. Jika nilai Ka lebih besar dari nilai Kb , larutan akan bersifat asam. Sebaliknya, jika nilai Kb lebih besar dari nilai Ka , larutan akan bersifat basa. Jika nilai Ka dan nilai Kb sama, larutan bersifat netral.
Tabel 1. Nilai pH Larutan Garam Terhidrolisis Total
Ka > Kb pH < 7 (asam)
Kb > Ka pH > 7 ( basa)
Ka = Kb pH = 7 (netral)
Contoh Soal Penentuan Sifat Larutan Garam dari Tetapan Asam Basa (4) :
Ramalkan apakah larutan garam berikut bersifat asam, basa, atau netral:
(a) NH4COOCH3 ;
(b) NH4CN.
Pembahasan :
a. Spesi utama adalah : NH4+, CH3COO, H2O.
Nilai Ka(NH4+) = 5,6 × 10–10; Kb(CH3COO) = 5,6 × 10–10 (lihat contoh soal sebelumnya).
Oleh karena Ka(NH4+) sama dengan Kb(CH3COO) maka larutan bersifat netral.
b. Larutan mengandung ion NH4+ dan ion CN. Nilai Ka(NH4+) = 5,6 × 10–10 , dan nilai Kb(CN) adalah :
Kb (CN)  =  =  = 1,18 × 10–5 .
Oleh karena K(CN) lebih besar dari K(NH4+) maka larutan bersifat basa.
C. Larutan Penyangga
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, jika ke dalam larutan garam yang kation atau anionnya terhidrolisis, misalnya larutan NH4Cl ditambahkan NH3 maka akan terbentuk kesetimbangan antara ion NH4+ dan NH3 . Sistem larutan seperti ini dinamakan larutan penyangga. Salah satu sifat penting dari larutan penyangga adalah dapat mempertahankan pH larutan.
3.1. Prinsip Larutan Penyangga
Berdasarkan Teori Asam-Basa Arrhenius, larutan yang mengandung campuran asam lemah dan garam yang anionnya senama dengan asam lemah tersebut akan membentuk larutan penyangga. Contohnya, NH3COOH dan CH3COONa. Demikian juga jika larutan mengandung campuran basa lemah dan garam yang kationnya senama dengan basa lemah akan membentuk larutan penyangga. Contohnya, NH4OH dan NH4Cl.
Berdasarkan Teori Asam-Basa Bronsted-Lowry, larutan yang mengandung campuran dari pasangan asam lemah dan basa konjugat atau basa lemah dan asam konjugatnya akan membentuk larutan penyangga.
Contoh:
a. NH3(aq) + H2O(l) ? NH4+(aq) + OH(aq)

Basa lemah


Asam konjugat









b. H2PO4(aq) ? HPO42–(aq)
H+(aq)

Asam lemah


Basa konjugat

Prinsip larutan penyangga berdasarkan teori asam basa Arrhenius terbatas hanya untuk campuran asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya, sedangkan prinsip berdasarkan Bronsted-Lowry lebih umum, selain asam lemah dan garamnya (contoh a), juga mencakup campuran garam dan garam (contoh b).
Tinjau contoh (b), sistem kesetimbangan asam lemah dan basa konjugatnya dapat berasal dari garam NaH2PO4 dan Na2HPO4. Jika kedua garam ini dicampurkan, akan terbentuk larutan penyangga.
Amonium hidroksida dapat digunakan untuk membuat larutan penyangga dengan cara mencampurkannya dengan amonium fosfat sebagai garamnya.
Untuk membuktikan prinsip larutan penyangga, Anda dapat melakukan kegiatan berikut.
Praktikum Kimia Larutan Penyangga (1) :
Tujuan :
Membuktikan prinsip larutan penyangga.
Alat :
  1. Gelas kimia
  2. Batang pengaduk
  3. pH meter atau indikator universal
  4. Gelas ukur
Bahan :
  1. Larutan CH3COOH 0,5 M
  2. Larutan CH3COONa 0,5
  3. Larutan NaH2PO4 0,5 M
  4. Larutan Na2HPO4 0,5 M
Langkah Kerja :
Ke dalam gelas kimia masukkan larutan berikut.
  1. 100 mL larutan CH3COOH 0,5 M, ukur pH-nya.
  2. 100 mL larutan CH3COONa 0,5 M, ukur pH-nya.
  3. Campuran 50 mL larutan CH3COOH 0,5 M dan 50 ml larutan CH3COONa 0,5 M. Kocok dan ukur pH-nya.
  4. 100 mL larutan NaH2PO4 0,5 M, ukur pH-nya.
  5. 100 mL larutan Na2HPO4 0,5 M, ukur pH-nya.
  6. Campuran 50 mL NaH2PO4 0,5 M dan 50 mL Na2HPO4 0,5 M. Kocok dan ukur pH-nya.
Pertanyaan :
  1. Berapakah pH masing-masing larutan penyangga?
  2. Bagaimanakah kestabilan larutan penyangga tersebut?
  3. Apakah yang dapat Anda simpulkan dari percobaan ini. Diskusikan dengan teman sekelas Anda.
Pada langkah kerja (3), spesi utama yang terdapat dalam larutan penyangga adalah CH3COOH, CH3COO, Na+, H+, dan H2O. Asam asetat adalah asam lemah dan dalam larutan terionisasi sebagian membentuk kesetimbangan :
CH3COOH(aq) ? CH3COO(aq) + H+(aq)
Garam natrium asetat terionisasi sempurna membentuk ion Na+ dan ion CH3COO. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
CH3COONa(aq) ? Na+(aq) + CH3COO(aq)
Konsentrasi ion CH3COO dari garam lebih banyak dibandingkan dari hasil ionisasi asam asetat. Akibatnya, di dalam larutan, konsentrasi ion CH3COO ditentukan oleh konsentrasi garam. Dengan demikian, konsentrasi ion-ion dalam sistem kesetimbangan ditentukan oleh konsentrasi asam asetat dan konsentrasi ion asetat yang berasal dari garam.
CH3COOH(aq) ? CH3COO(aq) + H+(aq)
Asam asetat
Ion asetat

Pada langkah kerja (6), spesi utama yang terdapat dalam larutan penyangga adalah : Na+, H2PO4, HPO42–, H+, dan H2O.
Dalam larutan, garam natrium dihidrogen fosfat dan natrium hidrogen fosfat terionisasi sempurna, persamaan reaksinya sebagai berikut.
NaH2PO4(aq) ? Na+(aq) + H2PO4(aq)
Na2HPO4(aq) ? 2Na+(aq) + HPO42–(aq)
Kedua anion tersebut membentuk asam basa konjugat dan berada dalam keadaan kesetimbangan. Oleh karena ion H2PO4 memiliki tingkat keasaman lebih kuat dibandingkan ion HPO42– maka H2PO4 berperan sebagai asam dan HPO42– sebagai basa konjugatnya. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
H2PO4(aq) ? HPO42–(aq) + H+(aq)
Oleh karena ion H2PO4 berasal dari garam NaH2PO4 dan ion HPO42– dari garam Na2HPO4 maka konsentrasi ion-ion dalam sistem kesetimbangan ditentukan oleh konsentrasi garam-garamnya.
Contoh Soal UNAS 2004 :
Larutan Ca(CN)2 memiliki pH = 11 – log 2. Jika Ka(HCN) = 4 × 10–10 dan Mr Ca(CN)2 = 92, jumlah Ca(CN)2 yang terlarut dalam 500 mL larutan adalah ….
A. 3,68 g
B. 7,36 g
C. 8,45 g
D. 14,72 g
E. 15,25 g
Pembahasan :
Ca(CN)2 ? Ca2+ + 2CN
CN + H2O ? HCN + OH
pH = 11 + log 2
pOH = 3 – log 2
[OH-] = 2 × 10–3 M
[OH–] =
2 × 10–3 =
4 × 10–6 =  [CN]
16 × 10–16 = 10–14 [CN]
[CN] =  = 16 × 10–2 M
Ca(CN)2 ? Ca2+ + 2 CN
8 × 10–2 M
16 × 10–2 M
8 × 10–2 =
x =  = 3,68 g
Jadi, jawabannya (A).
3.2. Aplikasi Prinsip Larutan Penyangga
Cairan darah dalam tubuh manusia memiliki sifat penyangga karena mampu mengendalikan pH dalam darah. Salah satu fungsi darah adalah membawa oksigen untuk disebarkan ke seluruh sel. Fungsi ini bergantung pada pH darah.
Sel darah merah, khususnya atau hemoglobin bekerja optimal sebagai pembawa oksigen pada pH sekitar 7,4. Jika pH cairan darah berubah maka kerja hemoglobin akan menurun, bahkan kemampuannya akan hilang jika pH cairan darah di atas 10 atau di bawah 5.
Cairan darah mengandung asam lemah H2CO3 dan basa konjugatnya : HCO3 (dari garam NaHCO3 dan KHCO3). Kedua spesi ini bertanggung jawab dalam mempertahankan pH cairan darah agar sel darah merah bekerja secara optimal.
Jika seseorang meminum sedikit asam atau basa, seperti air jeruk atau minuman bersoda maka minuman tersebut akan terserap oleh darah. Kemudian, cairan darah akan mempertahankan pH-nya dari gangguan asam atau basa yang dimakan atau diminum seseorang.
Jika cairan darah tidak memiliki sifat penyangga maka akan bersifat asam, yang tentunya mengganggu kinerja darah. Akan tetapi, karena cairan darah memiliki sifat penyangga, penambahan sedikit asam atau basa tidak mengubah pH cairan darah sehingga kinerja darah tetap optimal.
Air laut juga memiliki sifat penyangga yang berasal dari garam-garam dan udara yang terlarut dalam air laut. Di dalam air laut terkandung garam-garam natrium, kalium, magnesium, dan kalsium dengan anion-anion seperti klorida, sulfat, karbonat, dan fosfat.
Sifat penyangga air laut dapat berasal dari NaHCO3 dan gas CO2 dari udara yang terlarut. Di dalam air laut, gas CO2 terlarut dan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
H2O(l) + CO2(g) ? H2CO3(aq)
Oleh karena asam karbonat adalah asam lemah dan dalam air laut terkandung garam natrium hidrogen karbonat maka kedua senyawa itu akan membentuk larutan penyangga, melalui reaksi kesetimbangan:
H2CO3(aq) ? HCO3(aq) + H+(aq)
Konsentrasi H2CO3 berasal dari gas CO2 terlarut dan konsentrasi HCO3 berasal dari garam yang terkandung dalam air laut. Jika air hujan yang umumnya besifat asam tercurah ke laut atau air dari sungai-sungai mengalir ke laut dengan berbagai sifat asam dan basa maka sifat asam dan basa itu tidak akan mengubah pH air laut. Dengan kata lain, pH air laut relatif tetap.
Jika Anda ingin memiliki larutan yang mempunyai nilai pH mulai dari 1 sampai 14 dan tahan lama di laboratorium, Anda dapat membuat larutan-larutan tersebut dari larutan penyangga. Nilai pH larutan penyangga tidak berubah walaupun disimpan dalam kurun waktu yang lama.
Penggunaan Larutan Penyangga dalam Pengembangan Padi Hibrida
Kebutuhan akan pangan terus bertambah seiring dengan peningkatan populasi penduduk. Sementara produksi pangan cenderung tetap. Hal ini terjadi disebabkan terbatasnya lahan produksi yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman pangan. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kapasitas produksi padi nasional. Peningkatan itu dilakukan dengan cara penggunaan bibit unggul dan pemanfaatan lahan-lahan marginal di luar pulau Jawa. Salah satu lahan marginal yang kini sedang diusahakan adalah lahan pasang surut.
Kendala penggunaan lahan pasang surut salah satunya tingkat keasamannya yang tinggi. Beberapa teknik budidaya padi hibrida yang diterapkan di lahan pasang surut di antaranya dengan cara penanaman padi tidak terlalu dalam. Kemudian, menambahkan dolomit (basa) untuk menetralkan pH tanah dan larutan penyangga untuk mempertahankan pH sekitar 6–7. (Sumber: www.pu.go.id)
3.3. Penentuan pH Larutan Penyangga
Bagaimana membuat larutan penyangga yang memiliki nilai pH tertentu? Anda dapat membuatnya dari campuran asam lemah dan basa konjugat atau dari basa lemah dan asam konjugatnya, dengan tetapan ionisasi asam lemah atau basa lemah mendekati konsentrasi ion H+ atau pH yang diharapkan.
Sebagai gambaran, misalnya larutan penyangga dibuat dari asam lemah HA dan basa konjugatnya A . Persamaan kesetimbangan ionisasi asam adalah :
HA(aq) ? H+(aq) + A(aq)
Tetapan ionisasi dari asam lemah HA adalah :
Ka =
Dengan menata ulang persamaan, diperoleh persamaan untuk konsentrasi ion H+ , yaitu :
[H+] = Ka x
Persamaan tersebut menyatakan konsentrasi ion H+ dalam bentuk Ka asam lemah dikalikan dengan perbandingan konsentrasi HA dan A pada keadaan kesetimbangan. Jika [HA] dan [A] sama maka konsentrasi ion H+ dari larutan penyangga sama dengan nilai Ka.
Anda dapat menggunakan persamaan di atas untuk menentukan nilai pH larutan penyangga, yaitu :
Ruas kiri persamaan menyatakan pH. Ruas kanan dapat disederhanakan menjadi pKa , dimana pKa = –log Ka . Jadi, persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut.
pH = pKa – log
Secara umum, persamaan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut.
a. Berdasarkan teori Bronsted-Lowry
pH = pKa – log
b. Berdasarkan teori Arrhenius
pH = pKa – log
Untuk larutan penyangga yang dibuat dari basa lemah dan asam konjugatnya, nilai pOH diperoleh dengan cara serupa.
a. Berdasarkan teori Bronsted-Lowry
pH = pKa – log
b. Berdasarkan teori Arrhenius
pH = pKa – log
Persamaan ini dikenal sebagai persamaan Henderson-Hasselbalch.
Untuk membuat larutan penyangga dengan pH sesuai keinginan, misalnya pH ? 4,75, dapat dilakukan dengan mencampurkan asam lemah yang memiliki nilai pKa sekitar 4,74. Kemudian, dicampurkan dengan garam yang konsentrasi molarnya sama dengan asam lemah agar -log  = 0 sehingga pH = pKa.
Contoh Soal pH Larutan Penyangga dari Asam Lemah dan Garamnya (5) :
Berapa pH larutan yang dibuat dari campuran 50 mL CH3COOH 0,5 M dan 50 mL NaCH3COO 0,5 M ? Diketahui Ka (CH3COOH) = 1,8 × 10–5.
Penyelesaian :
Dalam larutan terdapat: CH3COOH, CH3COO, H+, dan Na+. Reaksi kesetimbangannya:
CH3COOH(aq) ? CH3COO(aq) + H+(aq)
Konsentrasi CH3COO lebih dominan dari garam dibandingkan hasil ionisasi asam asetat maka dalam perhitungan, konsentrasi CH3COO ditentukan dari garamnya.
Konsentrasi CH3COOH dalam campuran (100 mL) :
[CH3COOH] =  = 0,25 M
Konsentrasi CH3COO dalam campuran (100 mL):
[CH3COO] =  = 0,25 M
Nilai pH larutan dihitung dengan rumus:
pH = pKa – log
pH = pKa– log
= – log (1,8 × 10–5) – log  = 4,74
Jadi, pH larutan penyangga sebesar 4,74. Nilai ini berasal dari nilai pKa .
Contoh Soal pH Larutan Penyangga dari Campuran Garam (6) :
Berapa pH larutan penyangga yang dibuat dari campuran 60 mL NaH2PO4 0,5 M dan 40 mL Na2HPO4 0,5 M. Diketahui Ka (H2PO4) = 7,5 × 10–3.
Jawaban :
Dalam larutan terdapat: Na+, H+, H2PO4, dan HPO42–. Reaksi kesetimbangannya:
H2PO4(aq) ? HPO42–(aq) + H+(aq)
Oleh karena kedua garam tersebut terionisasi sempurna maka konsentrasi H2PO4 dan HPO42– sama dengan konsentrasi garam-garamnya.
Konsentrasi H2PO4 dalam campuran (100 mL) :
[H2PO4– ] =  x 0,5 M = 0,3 M
Konsentrasi HPO42– dalam volume campuran :
[HPO42– ] =  x 0,5 M = 0,2 M
Nilai pH larutan :
pH = pKa – log
= pKa – log
= –log (7,5 × 10–3) – log  = 1,95
Jadi, pH larutan = 1,95.

sumber:http://www.g-excess.com/kesetimbangan-ion-dalam-larutan-asam-basa.html

Sistem Koloid

Sistem Koloid

A. Pengertian dan Jenis-jenis Koloid
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid. Koloid adalah suatu sistem campuran “metastabil” (seolah-olah stabil, tapi akan memisah setelah waktu tertentu). Koloid berbeda dengan larutan; larutan bersifat stabil.

sumber: https://rahmiola.wordpress.com/kimia-kelas-xi/sistem-koloid/

PERBEDAAN LARUTAN SEJATI, SISTEM KOLOID, DAN SUSPENSI KASAR.
Larutan
(Dispersi Molekuler)
Koloid
(Dispersi Koloid)
Suspensi
(Dispersi Kasar)
Contoh: larutan gula dalam air Contoh: campuran susu dengan air. Contoh: campuran tepung terigu dengan air.
  • Homogen, tak dapat dibedakan, walaupun menggunakan mikroskop ultra.
  • Semua partikel berdimensi (panjang, lebar, atau tebal) < 1nm.
  • Satu fase
  • Stabil
  • Tidak dapat disaring
  • Secara makroskopis bersifat homogen, tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra.
  • Partikel berdimensi antara 1 nm-100 nm.
  • Dua fase
  • Pada umumnya stabil.
  • Tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaring ultra.
  • Heterogen
  • Salah satu atau semua dimensi partikel >100 nm.
  • Dua fase
  • Tidak stabil
  • Tidak dapat disaring.
Jenis – Jenis Koloid
Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi sebagai berikut :
Fase Terdispersi
Pendispersi
Nama koloid
Contoh
Gas Gas Bukan koloid, karena gas bercampur secara homogen
Gas Cair Busa Buih, sabun, ombak, krim kocok
Gas Padat Busa padat Batu apung, kasur busa
Cair Gas Aerosol cair Obat semprot, kabut, hair spray di udara
Cair Cair Emulsi Air santan, air susu, mayones
Cair Padat Gel Mentega, agar-agar
Padat Gas Aerosol padat Debu, gas knalpot, asap
Padat Cair Sol Cat, tinta
Padat Padat Sol Padat Tanah, kaca, lumpur
1. Aerosol

Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispesi dalm gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang tyerdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair. Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti semprot rambut (hair spray), semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot, dan lain-lain.
2. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.
Sistem koloid dari cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi adalah kedua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi terbeentuk karena adanya pengemulsi (emulgator). Contohnya adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayonise.
3. Buih

Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, detergen, dan protein.
4. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silika. Gel dapat dibentuk dari suatu sol yang zat terdispersinysa mengadsorbsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat.
Berdasarkan sifat keelastisitasnya, gel dapat dibagi menjadi:
1.Gel elastis

Gel yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan kembali ke bentuk awal jika gaya ditiadakan. Contoh adalah sabun dan gelatin.
2. Gel non-elastis
Gel yang bersifat tidak elastis, artinya tidak berubah jika diberi gaya. Contoh adalah gel silika.
B. Sifat Koloid
  • Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar ke segala jurusan. Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa, hingga langit berwarna biru pada siang hari dan jingga pada sore hari ; debu dalam ruangan akan terlihat jika ada sinar masuk melalui celah.
  •  Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena gerak aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika didiamkan.

  • Adsorbsi Koloid
Adsorsi koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Sifat adsorsi digunakan dalam proses: pemutihan gula tebu, Norit, dan penjernihan air. Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare

  • Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid.Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik.

Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya. Oleh karena itu partikel koloid manjadi bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini di sebut adsorpsi.
Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).
                                                                           
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.
  • Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan. Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:
Ă˜ Perubahan suhu.
Ă˜ Pengadukan.
Ă˜ Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
Ă˜ Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
  • Koloid Pelindung
Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi relatif besar disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel terdispersinya mempunyai gaya absorpsi yang cukup kecil, maka disebut koloid liofob yang bersifat kurang stabil. Yang berfungsi sebagai koloid pelindung ialah koloid liofil.
Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit, tetapi menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaitu koloid liofil. Berikut ini penjelasan yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan liofob:
  • Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium pendispersi. Contoh, disperse kanji, sabun, deterjen.
  • Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik yang lemah atau bahkan tidak ada sama sekali antar fase terdispersi dan medium pendispersinya. Contoh, disperse emas, belerang dalam air.
  • Dialisis
Pada pembuatan koloid, sering kali terdapat ion-ion yang dapat mengganggu kesetabilan koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis.

Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan kedalam kantong koloid, lalu kantong koloid itu di masukkan kedalam bejana yang berisi air mengalir (lihat gambar). Kantong koloid terbuat dari selaput semipemeable, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air.
PERBANDINGAN SIFAT SOL LIOFIL DAN SOL LIOFOB
Sifat-Sifat
Sol Liofil
Sol Liofob
Pembuatan Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium terdispersinya Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya
Muatan partikel Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan Memiliki muatan positif atau negative
Adsorpsi medium pendispersi Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling bergabung Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
Viskositas (kekentalan) Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
Penggumpalan Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan.
Sifat reversibel Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi, kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya. Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol
Efek Tyndall Memberikan efek Tyndall yang lemah Memberikan efek Tyndall yang jelas
Migrasi dalam medan listrik Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel
  • Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling koloid. Contoh: agar-agar.
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid stabil, cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian medium pendispersi dari elektrolit.
Koloid Liofil
Koloid Liofob
  • Mengadsorpsi mediumnya.
  • Dapat dibuat dengan konsentrasi yang relatif besar.
  • Tidak mudah digumpalkan dengan penambahan elektrolit.
  • Viskositas lebih besar daripada mediumnya.
  • Bersifat reversibel.
  • Efek tyndall lemah
  • Tidak mengadsorpsi mediumnya.
  • Hanya stabil pada konsentrasi kecil.
  • Mudah menggumpal pada penambahan elektrolit.
  • Viskositas hampir sama dengan mediumnya.
  • Tidak reversibel.
  • Efek tyndall lebih jelas.

LARUTAN ASAM DAN BASA

Pengertian Larutan Asam Basa , Contoh serta Indikator Asam Basa 

 

Pernahkah kalian menjilat/minum air jeruk? jus mangga dan ataupun cuka? Apa yang kamu rasakan? Bagaimana kalau obat, sabun dan daun pepaya? Ya, pada air jeruk, mangga dan cuka kamu akan merasakan kecut/masam. Sedangkan pada sabun, obat dan pepaya kamu akan merasakan pahit. Orang jaman dulu membedakan antara asam dan basa hanya dengan menggunakan lidah mereka. Namun seiring berkembangnya zaman cara ini ditinggalkan, karena berbahaya dan tidak efektif.


sumber: http://www.mystupidtheory.com/2014/11/pengertian-larutan-asam-basa-contoh.html

Pengertian Larutan Asam Basa

Kadar keasaman dan kebasaan suatu zat tergantung pada jumlah ion H+(asam) dan OH- (basa) yang terdapat dalam zat tersebut dan derajat ionisasi dari zat tersebut. Tingkat keasaman dan kebasaan suatu zat dinyatakan dengan pH. Pada pembahasan kali ini, kita akan mempelajari tentang pengertian asam basa. Materi Pengertian Asam Basa ini sangat diperlukan sebagai landasan pengetahuan untuk memahami materi ilmu kimia berikutnya yaitu menghitung tingkat keasaman atau kebasaan suatu zat.

Teori Asam Basa

Asam dan basa (alkali) telah dikenal sejak dahulu dan telah sering Kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya Asam Tartrat dalam Buah Anggur, Asam Sitrat dalam jeruk, Asam Asetat pada Cuka, Asam Sulfat pada Air Aki dan berbagai zat lainnya. Sementara zat basa kita jumpai pada air kapur, sabun, obat mag, dan beragam zat lainnya.

Bagaimana membedakan asam dan basa?

Asam Basa Arrhenius

Stevante Arrhenius mengemukakan sebuah teori Asam Basa. Teori ini menyatakan bahwa asam adalah suatu zat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion H+ di mana ion H+ ini akan menjadi satu-satunya ion positif dalam larutan.

Sedangkan basa adalah zat yang jika dilarutkan dalam air akan terionisasi menghasilkan ion OH-, dan ion OH- ini akan menjadi satu-satunya ion negatif di dalam larutan.

Contoh Asam Arrahenius
Asam Rumus Molekul Valensi
Asam Klorida HCl 1
Asam Sianida HCN 1
Asam Sulfida H2S 2
Asam Nitrat HNO3 1
Asam Sulfat H2SO4 2
Asam Fosfat H3PO4 3
Asam Asetat CH3COOH 1

Contoh Basa Arrahenius
Asam Rumus Molekul Valensi
Natrium Hidroksida NaOH 1
Kalium Hidroksida KOH 1
Magnesium Hidroksida Mg(OH)2 2
Kalsium Hidroksida Ca(OH)2 2
Barium Hidroksida Ba(OH)2 2
Alumunium Hidroksida Al(OH)3 3
Besi (III) Hidroksida CH3COOH 3

 Asam Basa Bronstead-Lowry

Beberapa reaksi dalam ilmu kimia dilakukan dengan menggunakan pelarut selain air. Misalnya pelarut alkohol, amoniak, toluena, dan benzena. Saat melarutkan senyawa-senyawa kimia pada pelarut bukan air tentunya konsep teori Asam Basa Arrhenius tidak dapat digunakan untuk menentukan zat Asam dan Basa.

J.N Bronstead dan T.N. Lowry mengemukakan teori lain tentang Asam Basa yang disebut dengan Teori Asam Basa Bronstead Lowry. Menurut teori ini, asam adalah zat pemberi proton (donor proton) dan basa adalah zat penerima proton (akseptor proton). Dari definisi ini maka suatu asam akan membentuk konjugat setelah melepaskan proton, dan basa juga akan membentuk konjugat setelah menerima proton.

Maka dalam teori asam basa konjugasi, dikenal istilah “pasangan asam basa” atau “asam-basa konjugat”

Contoh Asam Basa Bronstead Lowry
Contoh Asam Basa Bronstead Lowry

Pada contoh diatas, H2O melepaskan satu proton sehingga H2O merupakan Asam. NH3 mengikat proton sehingga menjadi NH4+. Maka NH3 merupakan basa. NH4+ merupakan asam karena melepaskan proton. Sedangnkan OH- merupakan basa karena menerima proton membentuk H2O. Hal ini juga terjadi pada pelarut selain air. Contohnya:

asam basa konjugasi
asam basa konjugasi


Asam Basa Lewis

Setelah mengetahui Teori Asam Basa Bronstead Lowry, maka Kita dapat menentukan suatu zat yang mengandung hidrogen termasuk dalam kelompok zat asam atau basa. Bagaimana dengan senyawa/zat yang aprotik (tidak mengandung H), bagaimana menentukan sifat asam ataupun basanya?

Seorang ahli kimia G.N Lewis mengemukakan teori tentang asam basa yang disebut dengan Teori Asam Basa Lewis. Menurut teori ini basa adalah zat yang memiliki satu atau lebih pasangan elektron bebas yang dapat diberikan pada zat lain sehingga terbentuk ikatan kovalen koordinasi, sedangkan asam adalah zat yang dapat menerima pasangan elektron bebas tersebut.

asam basa lewis
Asam basa Lewis


Zat yang termasuk basa menurut teori asam basa Lewis ternyata juga tergolong sebagai basa menurut teori Bronstead Lowry.

Indikator Asam Basa

Seperti pengantar yang telah diuraikan pada awal pembahasan, pada zaman dahulu sebelum dikenalnya teori asam-basa, orang-orang membedakan asam dan basa dengan cara mencicipinya.

Namun pada saat sekarang, telah dikenal berbagai indikator untuk membedakan asam dan basa. Selain metodenya yang aman dan praktis indikator juga mampu memberikan hasil yang lebih relevan.

Kertas Lakmus

Kertas Lakmus
Kertas Lakmus
 
Salah satu indikator yang sering digunakan adalah kertas lakmus. Terdapat dua jenis kertas lakmus yakni kertas lakmus biru dan kertas lakmus merah.

Kertas lakmus merah akan berubah warna menjadi biru apabila terkena basa, tetapi jika terkena asam atau zat netral maka tidak akan berubah warna.

Kertas lakmus biru akan berubah warna menjadi merah apabila terkena asam, tetapi jika terkena basa atau zat netral maka tidak akana berubah warna.

Indikator Universal

Indikator universal
Indikator universal

Kertas Lakmus hanya dapat membandingkan suatu zat itu termasuk asam atau basa, kemudian dikembangkan lagi kertas indikator.

Kertas indikator universal mampu meunjukkan tingkat keasaman dan kebasaan dari suatu zat.

Dengan membandingkan warna yang diperoleh untuk setiap zat yang diuji dengan kertas standard yang ada pada indikator universal, Kita dapat menentukan tingkat keasaman dari suatu zat

Indikator Larutan

larutan indikator
Larutan Indikator

Selain kertas lakmus, dan indikator universal, terdapat pula beberapa indikator larutan yang sering digunakan dalam eksperimen di laboratorium.


Contoh Indikator larutan ini adalah metil merah, metil jingga, bromotimol biru, dan beberapa larutan lainnya. Indikator ini bekerja sama persis dengan kertas lakmus, larutan ini akan memberikan perubahan warna jika terkena asam maupun basa.
Larutan Asam Basa Netral
Metil Merahmerahkuningkuning
Metil Jinggaorangekuningkuning
Bromotimol Birukuningbirukuning
Fenoftalein (pp)tak berwarnapinktak berwarna

Indikator Alami

Selain indikator yang umum ditemukan di Laboraturium, terdapat beberapa tumbuhan disekitar kita yang mampu menjadi indikator ketika pH berubah.


LarutanAsamBasaNetral
Bunga Terompetmerah hijauungu
Bunga Kanajinggahijau mudakuning
Bunga Sepatumerahhijaumerah

Sistem Periodik Unsur (SPU)

Sistem Periodik Unsur (SPU)

Image
Sistem periodik unsur adalah suatu daftar unsur-unsur yang disusun dengan aturan tertentu. Semua unsur yang sudah dikenal ada dalam daftar tersebut.

Perkembangan Dasar Pengelompokan Unsur

Pengelompokan atas Logam dan NonLogam

Penggolongan unsur yang pertama dilakukan oleh Lavoisier yang mengelompokkkan unsur ke dalam logam dan nonlogam. Pada waktu itu baru sekitar 20 jenis unsur yang sudah dikenal. Oleh karena pengetahuan tentang sifat-sifat unsur masih sederhana, unsur-unsur tersebut kelihatannya berbeda antara yang satu dengan yang lain, artinya belum terlihat adanya kemiripan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. Tentu saja pengelompokan atas logam dan nonlogam masih sangat sederhana, sebab antara sesama logam pun masih terdapat banyak perbedaan.

Triade Dobereiner

Pada tahun 1829, Johan Wolfgang Dobereiner ,seorang profesor kimia di Jerman, mengemukakan bahwa massa atom relatif stronsium sangat dekat dengan massa rata-rata dari dua unsur lain yang mirip stronsium, yaitu kalsium dan barium. Dobereiner juga menemukan beberapa kelompok unsur lain mempunyai gejala seperti itu. Oleh karena itu, Dobereiner mengambilan kesimpulan bahwa unsur-unsur dapat dikelompokan ke dalam kelompok-kelompok tiga unsur yang disbutnya triade. Namun sayang, Dobereiner tidak berhasil menunjukkan cukup banyak triade sehingga aturan tersebut tidak bermanfaat.

Hukum Oktaf Newlands

J.W. Newlands merupakan orang yang mengelompokkan unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatif. Pada tahun 1863, ia menyatakan bahwa sifat sifat unsur berubah secara teratur. Unsur pertama mirip dengan unsur kedelapan, unsur kedua mirip dengan unsur kesembilan dan seterusnya.  Image

Sistem Periodik Mendeleev

Diantara para ahli yang dianggap paling berhasil dalam mengelompokkan unsur-unsur dan berani menduga adanya unsur-unsur yang pada saat itu belum ditemukan adalah Dmitry Mendeleev. Mendeleev mengelompokkan unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya. Cara pengelompokkan dilakukan dengan menggunakan kartu. Dalam kartu tersebut ditulis lambang atom, massa atom relatifnya dan sifat-sifatnya. Mendeleev selanjutnya menempatkan unsur-unsur dengan kemiripan sifat pada satu lajur vertikal yang disebut golongan. Unsur-unsur juga disusun berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya dan ditempatkan dalam satu lajur yang disebut periode. Sistem periodik yang disusun Mendeleev dapat dilihat pada tabel berikut:
Image
Mendeleev sengaja mengosongkan beberapa tempat untuk menetapkan kemiripan sifat dalam golongan. Beberapa kotak juga sengaja dikosongkan karena Mendeleev yakin masih ada unsur yang belum dikenal karena belum ditemukan. Salah satu unsur baru yang sesuai dengan ramalan Mendeleev adalah germanium yang sebelumnya diberi nama ekasilikon oleh Mendeleev.

Sistem Periodik Modern dari Hhenry G. Moseley

Pada awal abad 20, setelah penemuan nomor atom, Henry Moseley menunjukkan bahwa urut-urutan unsur dalam sistem periodik Mendeleev sesuai dengan kenaikan nomor atomnya. Penempatan telurium (Ar = 128) dan iodin (Ar = 127) yang tidak sesuai dengan keniakan massa atom relatif, ternyata sesuai dengan kenaikan nomor atomnya (nomor atom Te = 52; I = 53).

Sistem Periodik Modern

Sistem periodik modern disusun berdasarkan hukum periodik modern yang menyatakan bahwa sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomya. Artinya, jika unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor atomnya, maka sifat-sifat tertentu akan berulang secara periodik. Itu sebabnya tabel unsur-unsur tersebut dinamai Tabel Periodik.
Periode
Lajur-lajur horizontal dalam sistem periodik disebut periode. Sistem periodik modern terdiri atas 7 periode. Jumlah unsur pada setiap periode sebagai berikut.
Periode
Jumlah Unsur
Nomor Atom
1
2
1-2
2
8
3-10
3
8
11-18
4
18
19-36
5
18
37-54
6
32
55-86
7
32
87-118
Periode 1, 2,3 disebut periode pendek karena berisi relatif sedikit unsur, sedangkan periode 4 dan seterusnya disebut periode panjang.
Golongan
Kolom-kolom vertikal dalam sistem periodik disebut golongan. Penempatan unsur dalam golongan berdasarkan kemiripan sifat. Sistem periodik modern terdiri atas 18 kolom vertikal. Ada dua cara penamaan golongan, yaitu:
    • Sistem 8 golongan. Menurut cara ini, sistem periodik dibagi menjadi 8 golongan yang masing-masing terdiri atas golongan utama (golongan A) dan golongan tambahan (golongan B). Unsur-unsur golongan B disebut juga unsur transisi. Nomor golongan ditulis dengan angka Romawi. Golongan-golongan B terletak antara golongan IIA dan IIIA. Golongan VIIIB terdiri atas 3 kolom vertikal.
    • Sistem 18 Golongan. Menurut cara ini, sistem periodik dibagi kedalam 18 golongan, yaitu golongan 1 sampai dengan 18, dimulai dari kolom paling kiri. Unsur-unsur transisi terletak pada golongan 3-12
Beberapa golongan unsur dalam sistem periodik mempunyai nama khusus, diantaranya:
    • Golongan IA            : logam alkali (kecuali hidrogen)
    • Golongan IIA           : logam alkali tanah
    • Golongan VIIA         : halogen
    • Golongan VIIIA        : gas mulia
Unsur transisi dan transisi dalam
  • Unsur Transisi
Unsur-unsur yang terletak pada golongan-golongan B disebut unsur transisi atau unsur peralihan. Unsur-unsur tersebut merupakan peralihan dari golongan IIA ke golongan IIIA, yaitu unsur-unsur yang dialihkan hingga ditemukan unsur yang mempunyai kemiripan sifat dengan golongan IIIA
  • Unsur transisi dalam
Dua baris unsur yang ditempatkan dibagian bawah Tabel Periodik disebut unsur transisi dalam, yaitu terdiri dari:
    • Lantanida, yang beranggotakan nomor atom 57-70 (14 unsur). Ke-14 unsur ini mempunyai sifat yang mirip dengan lantanium (La), sehingga disebut lantanoid atau lantanida
    • Aktinida, yang beranggotakan nomor atom 89-102 (14 unsur). Ke-14 unsur ini sangat mirip dengan aktinium, sehingga  disebut aktinoida atau aktinida
Semua unsur transisi dalam sebenarnya menempati golongan IIIB, yaitu lantanida pada periode keenam dan aktinida pada periode ketujuh. Jadi, golongan IIIB periode keenam dan periode ke tujuh, masing-masing berisi 15 unsur.
Hubungan Konfigurasi Elektron dengan Sistem Periodik
Hubungan antara letak unsur dalam sistem periodik dengan konfigurasi elektronnya dapat disimpulkan sebagai berikut.
  • Nomor periode sama dengan jumlah kulit
  • Nomor golongan sama dengan elektron valensi
Berdasarkan hubungan tersebut, maka letak unsur dalam sistem periodik dapat ditentukan berdasarkan konfigurasi elektron.

Sifat-sifat Periodik Unsur

Sifat periodik adalah sifat yang berubah secara beraturan sesuai dengan kenaikan nomor atom, yaitu dari kiri ke kanan dalam satu periode, atau dari atas ke bawah dalam satu golongan.
Jari-jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti hingga kulit elektron terluar. Besar kecilnya jari-jari atom terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu jumlah kulit dan muatan inti.
    • Untuk unsur-unsur segolongan, semakin banyak kulit atom, semakin besar jari-jarinya.
    • Untuk unsur-unsur seperiode, semakin besar muatan inti, maka semakin kuat gaya tarik inti terhadap elektron, sehingga semakin kecil jari-jarinya
Energi Ionisasi
Energi Ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron yang terikat paling lemah oleh suatu atom atau ion dalam wujud gas.
Hubungan energi ionisasi dengan nomor atom.
  • dalam satu golongan, dari atas ke bawah, energi ionisasi semakin kecil
  • dalam satu periode, dari kiri ke kanan, energi ionisasi cenderung bertambah
Besar  kecilnya energi ionisasi bergantung pada besar gaya tarik inti terhadap elektron kulit terluar, yaitu elektron yang akan dilepaskan. Semakin kuat gaya tarik inti, semakin besar energi ionisasi
  • dalam satu golongan, dari atas ke bawah, jari-jari atom bertambah besar, sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin lemah. Oleh karena itu, energi ionisasi berkurang
  • dalam satu periode, dari kiri ke kanan, jari-jari atom berkurang, sehingga gaya tarik inti terhadap elektron semakin kuat. Oleh karena itu energi ionisasi bertambah
Image
Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah besarnya energi yang dihasilkan atau dilepaskan apabila suatu atom menarik sebuah elektron
  • Dalam satu golongan dari atas ke bawah, afinitas elektron cenderung berkurang
  • Dalam satu periode dari kiri ke kanan, afinitas elektron cenderung bertambah
  • Kecuali unsur alkali tanah dan gas mulia, semua unsur golongan utama mempunyai afinitas elektronn bertanda negatif. Afinitas elektron terbesar dimiliki oleh golongan halogen
Keelektronegatifan
Keelektronegatifan adalah kecenderungan suatu atom dalam menarik pasangan elektron yang digunakan bersama dalam membentuk ikatan.
Unsur yang mempunyai energi ionisasi dan afinitas elektron yang besar tentu akan mempunyai keelektronegatifan yang besar pula.
Sifat Logam dan Nonlogam
Sifat logam bergantung pada energi ionisasi. Semakin besar energi ionisasi, semakin sukar bagi atom untuk melepas elektron, dan semakin berkurang sifat logamnya.
Kereaktifan
Kereaktifan suatu unsur begantung pada kecenderungannya melepas atau menarik elektron. Dari kiri ke kanan dalam satu periode, mula-mula kereaktifan menurun kemudian bertambah hingga golongan VIIA.









Image
sumber: https://kimlemoet.wordpress.com/2013/08/15/sistem-periodik-unsur-spu/

contoh soal dan pembahasan struktur atom

1. Sebuah atom memiliki lambang .
Dari lambang tersebut tentukan:
a) nomor atom Cu
b) nomor massa Cu
c) jumlah proton
d) jumlah elektron
e) jumlah neutron
f) jumlah massa partikel-partikel inti atom Cu jika diketahui massa proton adalah 1,0073 sma, massa neutron adalah 1,0087 sma dan massa elektron adalah 5,49 x 10−4 sma.

Pembahasan
a) nomor atom Cu adalah 29.
b) nomor massa Cu adalah 63.
c) jumlah proton pada atom netral sama dengan nomor atomnya jadi proton berjumlah 29.
d) jumlah elektron pada atom netral sama dengan jumlah proton jadi 29.
e) jumlah neutron adalah nomor massa dikurangi nomor atom, jadi 63 − 29 = 34.
f) partikel penyusun inti adalah proton dan neutron, jadi dengan jumlah proton ada 29 dan jumlah neutron ada 34 maka jumlah massa penyusun intinya adalah
= 29(1,0073) + 34(1,0087) = 63,5075 sma 

2Atom X memiliki nomor atom 26. Tentukan jumlah proton dan elektron jika atom tersebut membentuk ion X3+

Pembahasan
Ion X3+ terjadi dari atom X yang melepaskan 3 buah elektron. Sehingga jumlah protonnya adalah 26 sementara jumlah elektronnya ada 26 − 3 = 23.

3. Atom Y memiliki nomor atom 8. Tentukan jumlah proton dan elektron jika atom tersebut membentuk ion Y2−

Pembahasan
Ion Y2− terbentuk dari atom Y yang mendapatkan tambahan 2 elektron, sehingga jumlah proton ada 8 sementara jumlah elektronnya adalah 8 + 2 = 10 elektron.

4. Nomor atom Al = 13, maka jumlah elektron ion Al3+ adalah...
A. 18
B. 15
C. 13
D. 12
E. 10
(soal ebtanas 1994)

Pembahasan
Jumlah elektron Al netral adalah 13. Jumlah elektron pada ion Al3+ dengan demikian adalah 13 − 3 = 10 buah.

5. Letak unsur dan konfigurasi elektron yang tepat untuk unsur 19X adalah...(nomor atom Ar = 18)

A. Periode 4, golongan IA, [Ar] 4s1
B. Periode 1, golongan IB, [Ar] 4d1
C. Periode 1, golongan IIA, [Ar] 4s2
D. Periode 2, golongan IIB, [Ar] 4d2
E. Periode 3, golongan IVA, [Ar] 4s2 3d2

Pembahasan : menentukan letak unsur 
18Ar : 2  8  8 : 1s2  2s22p6  3s23p6 
19X : 2  8  8  1 : 1s2  2s22p6  3s23p6 4s: [Ar] 4s
n = 4 ---> periode 4
eval = 1 ---> golongan IA 

6. Harga keempat bilangan kuantum elektron terakhir dari atom 16S adalah...
A. n = 2, l = 0, m = 0, s = -1/2
B. n = 3, l = 1, m = -1, s = -1/2
C. n = 3, l = 1, m = 0, s = -1/2
D. n = 3, l = 1, m = 0, s = +1/2
E. n = 3, l = 1, m = +1, s = +1/2

Pembahasan : menentukan harga bilangan kuantum 
16S : 2  8  6 : 1s2  2s22p6  3s23p4

Elektron terakhir berada pada orbital 3s3p
Untuk orbital 3s :
1. n = 3, l = 0, m = 0, s = +1/2
2. n = 3, l = 0, m = 0, s = -1/2

Untuk orbital 3p
1. n = 3, l = 1, m = +1, s = +1/2
2. n = 3, l = 1, m = 0, s = +1/2
3. n = 3, l = 1, m = -1, s = +1/2
4. n = 3, l = 1, m = -1, s = -1/2 (opsi B)

7. Konfigurasi elektron X2- dari suatu unsur 16X adalah...
A. 1s2  2s22p6  3s23p2
B.1s2  2s22p6  3s23p4
C.1s2  2s22p6  3s23p6
D.1s2  2s22p6  3s23p6 3d2
E.1s2  2s22p6  3s23p2 3d2

Pembahasan : menentukan konfigurasi elekton
Unsur x membentuk ion negatif seperti di atas berbarti menerima 2 elektron sehingga jumlah elektronnya menjadi :
X2- = 16 + 2 = 18 ---> 1s2  2s22p6  3s23p6

8.  Letak unsur X dengan nomor atom 26 dan nomor massa 56 dalam sistem periodik unsur terletak pada golongan dan periode...
A. IIA dan 6
B. VIB dan 3
C. VIB dan 4
D. VIIIB dan 3
E. VIIIB dan 4

Pembahasan : menentukan letak unsur
26X : 1s2  2s22p6  3s23p6 4s23d6

Ingat bahwa 4s3d merupakan salah satu karakteristik konfigurasi elektron unsur golongan B. Dari konfigurasi di atas diperoleh :
n = 4 ---> periode 4
eval (s+d) = 2 + 6 = 8 ---> golongan VIIIB

9. Nomor atom unsur A, B, C, D, dan E berturut-turut 6, 8, 9, 16, 19. Pasangan unsur yang dapat membentuk ikatan ion adalah…
a.    A dan D                  d. D dan C
b.   C dan E                   e. A dan B
c.    B dan E

Pembahasan
ikatan ion adalah ikatan ang terjadi antara logam (golongan IA, IIA) dengan nnon-logam (golongan VIA, VIIA)
Konfigurasi elektron 6A = 2,4 : golongan IVA
Konfigurasi elektron 8B = 2,6 : golongan VIA
Konfigurasi elektron 9C = 2,7 : golongan VIIA
Konfigurasi elektron 16D = 2,8,6 : golongan VIA
Konfigurasi elektron 19E = 2,8,8,1 : golongan IA
Jawaban : B

10.  Unsur 9Y berikatan bengan unsur 19K membentuk suatu senyawa. Rumus molekul dan jenis ikatan yang terbentuk secara berurutan adalah…
a.    KY – Ionik              d. K2Y – Ionik
b.   KY – Kovalen        e. K2Y – Kovalen
c.    KY2 – Kovalen

Pembahasan :
9Y = 2,7 : (golongan VIIA) non-logam
19K = 2,8,8,1 : (golongan IA) logam
Unsur K dan Y membentuk ikatan ionik dengan rumus molekul KY
Jawaban : A

11. Perhatikan tabel sifat-sifat fisik berikut:
Senyawa
Titik didih
Kelarutan dalam air
Daya hantar listrik dalam larutan
I
Tinggi
Mudah larut
Elektrolit kuat
II
Rendah
Tidak larut
Non elektrolit

Dari data tersebut, jenis ikatan yang terdapat dalam senyawa I dan II berturut-turut adalah…
a.    Ion dan kovalen polar
b.   Ion dan kovalen non-polar
c.    Kovalen polar dan ion
d.   Kovalen polar dan hidrogen
e.   Kovalen non-polar dan ion

Pembahasan:
- ikatan ion adalah titik didih tinggi, mudah larut dalam air, dapat menghantarkan listrik.
- ikatan kovalen non-polar adalah titik didih rendah, tidak larut dalam air, tidak dapat menghantarkan listrik.
Jawaban : B



12.  Suatu senyawa mempuyai sifat:
·         Larut dalam air
·         Lelehannya dapat menghantarkan listrik
·         Terionisasi sempurna dalam air

Jenis ikatan dalam senyawa tersebut adalah ikatan…
a.    Kovalen polar
b.   Kovalen non-polar
c.    Hidrogen
d.   Ion
e.   Logam
Jawaban : D



Sumber : http://kimiastudycenter.com
              http://bahanbelajarsekolah.blogspot.com/